2 Januari 2023

Apa itu Turnover Karyawan? Penjelasan, Penyebab, dan Dampaknya bagi Bisnis

Gulman Azkiya
Author
Apa itu Turnover Karyawan? Penjelasan, Penyebab, dan Dampaknya bagi Bisnis

Masuk dan keluarnya karyawan pada sebuah perusahaan adalah sesuatu yang umum terjadi. Dalam pengelolaan SDM, hal ini biasa dikenal dengan istilah turnover. Lalu bagaimana jika turnover pada sebuah perusahaan tinggi? Apakah menjadi sebuah masalah atau justru sebaliknya. Berikut penjelasannya. 

Apa Itu Turnover?

Turnover karyawan adalah perhitungan jumlah karyawan yang keluar/meninggalkan perusahaan selama periode tertentu. Sama halnya dengan topik HR lainnya, perspektif permasalahan ini bisa berasal dari pihak karyawan. Jika tingkat turnover sebuah perusahaan tinggi, maka menandakan ada yang tidak beres dalam proses manajemen karyawannya. Secara umum, tingkat turnover yang terbilang aman bagi performa perusahaan yaitu sekitar 10%. 

Pada dasarnya hubungan kerja antara pihak perusahaan dan karyawan harusnya saling menguntungkan. Yang mana, karyawan sebenarnya juga berhak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Adapun maksudnya, ada dampak positif yang seharusnya didapatkan karyawan selama mereka bekerja, seperti pengembangan kemampuan ataupun karir. 

Di sisi lain, turnover juga dapat terjadi karena beberapa kondisi, misalnya saja karena pemutusan hubungan kerja dengan karyawan yang dianggap gagal memenuhi standar kinerja  perusahaan. Namun jika hal ini menjadi dasar tingginya tingkat turnover, maka berarti ada masalah pada pengelolaan SDM. Mulai proses perekrutan hingga orientasi harus dievaluasi kembali, agar tidak menjadi masalah di masa depan. 

Penyebab Tingginya Turnover Karyawan 

1. Kurang berkembangnya kemampuan karyawan

Dalam pengelolaan SDM yang baik,  perusahaan harus dapat menjadi wadah bagi perkembangan karyawannya. Karena kurangnya pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat turnover karyawan pada bisnis. Ketika karyawan merasa tidak mendapatkan apa-apa selain uang, maka ada kemungkinan mereka tidak mendapatkan kepuasan karir. 

Berdasarkan laporan dari Gallup, 87% generasi milenial menilai peluang pertumbuhan dan pengembangan profesional/karier sebagai hal yang penting bagi mereka dalam suatu pekerjaan. Seperti yang kita tahu, umumnya setiap karyawan memiliki mimpi berupa jenjang karir yang ingin mereka gapai. Oleh karena itu, ketika mereka merasa tidak mendapatkan keuntungan dari segi karir, akan meningkatkan kemungkinan mereka untuk mencari peluang baru di tempat lain. 

2. Manajemen yang tidak efisien

Nyatanya pengelolaan karyawan bukanlah hal yang mudah, ada banyak faktor untuk dapat menciptakan sistem kerja yang nyaman bagi semua pihak. Salah satunya yaitu proses manajemen yang baik dan jelas. Ketika karyawan merasa proses manajerial pada tim selalu berjalan dengan tidak efisien, kemungkinan besar dapat menyebabkan mereka untuk pergi. Tidak adanya kejelasan dalam pendelegasian tugas dan kacaunya penanganan konflik, juga dapat menunjukkan buruknya manajemen kerja. 

3. Lingkungan kerja yang toxic

Sejalan dengan manajemen kerja yang buruk, karyawan juga tidak betah di lingkungan kerja yang sangat toxic. Hal ini bisa berupa beban kerja yang sangat banyak, persaingan yang tidak adil, konflik dengan atasan, hingga aturan yang sewenang-wenang. Selain meningkatkan stres, ini juga dapat berpengaruh pada motivasi kerja mereka. 

4. Work life balance yang buruk

Mungkin beberapa waktu terakhir Anda sering mendengar istilah work life balance. Pada dasarnya, karyawan juga merupakan seorang manusia yang juga memiliki kehidupan pribadi. Namun, tak jarang beberapa perusahaan tidak memperhatikan keseimbangan hidup mereka. Memberikan tugas atau beban kerja berlebih justru membawa dampak buruk bagi kinerja karyawan. Alih-alih meningkatkan motivasi, pekerjaan yang berlebihan justru memberikan kejenuhan dan kelelahan.

Berdasarkan survei yang dilakukan Deloitte terhadap 1.000 karyawan di AS menemukan, bahwa   77% karyawan mengalami kelelahan pada pekerjaan mereka, dan 42% meninggalkan posisinya karena alasan tersebut. 

5. Kurangnya pengakuan dan penghargaan

Kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap kinerja karyawan juga dapat menjadi penyebab turnover. Adapun alasannya karena mereka merasa kurang dihargai. Padahal dengan sekedar mengirimkan pesan terima kasih atas kinerja yang telah mereka lakukan dapat menjadi salah satu bentuk penghargaan. 

Selain itu, pengakuan juga bisa berbentuk pemberian umpan balik atas kinerja mereka. Tanggapan positif ataupun kritik yang membangun dapat menunjukkan perhatian perusahaan, sehingga dapat meyakinkan bahwa mereka bekerja di tempat yang tepat. Di sisi lain, pemberian pengahargaan juga bisa memberi pengaruh positif pada tingkat keterlibatan karyawan (engagement), yang mana berdampak pada loyalitas mereka pada perusahaan.

Baca juga: Penting! Employee Engagement: Definisi, Tujuan, dan Manfaatnya pada Bisnis

Dampak Negatif dari Turnover yang Tinggi

1. Mengganggu produktivitas 

Turnover yang tinggi menyebabkan adanya pergantian antar karyawan. Karyawan yang keluar umumnya akan digantikan oleh karyawan baru. Proses penyesuaian kerja dan penyelarasan tim pun harus dilakukan kembali. Hal ini tentunya membutuhkan waktu, sehingga berdampak pada produktivitas perusahaan. 

2. Terganggunya moral karyawan

Dampak berikutnya yaitu terganggunya moralitas karyawan yang bertahan. Pada saat ada seseorang yang resign, maka ada peran serta tugas yang tidak berjalan. Di beberapa perusahaan, tugas tersebut didelegasikan kepada karyawan yang lain. Ini berarti menambah pekerjaan dari karyawan tersebut. Di sisi lain, karyawan juga merasa terpaksa untuk menunjukkan sikap yang positif di saat kinerja tim tidak berjalan seperti biasanya.

3. Biaya rekrutmen yang bertambah

Turnover yang tinggi juga menyebabkan bertambahnya biaya untuk melakukan rekrutmen. Seperti yang Anda ketahui, proses ini memiliki banyak tahapan. Mulai dari interview, penerimaan, onboarding, hingga pelatihan seluruhnya membutuhkan biaya. Belum lagi nantinya pada penilaian performa, yang mana karyawan yang berhasil direkrut tidak dapat bekerja sesuai dengan standar perusahaan.

4. Risiko kehilangan karyawan yang bertalenta

Bukan hal yang mustahil turnover yang tinggi dapat membuat karyawan yang berbakat juga meninggalkan pekerjaannya. Sistem manajerial yang tidak jelas, bisa menimbulkan anggapan bahwa mereka tidak berada di tempat yang tepat.  Selain itu, buruknya moral pada karyawan yang bertahan juga bisa mempengaruhi keputusan mereka untuk tetap bekerja atau meninggalkan perusahaan. 

5. Buruknya branding perusahaan 

Poin ini sebenarnya, bukanlah dampak yang dapat dirasakan secara langsung. Namun, banyaknya karyawan yang keluar dari perusahaan, akan menimbulkan banyak pertanyaan. Misalnya pada saat mereka mencantumkan pengalaman ketika melamar kerja. Hal ini bisa memunculkan berbagai spekulasi negatif terhadap perusahaan Anda. Mulai dari budaya kerja, peluang karir, hingga profesionalitas. 

Itulah penjelasan mengenai turnover, serta dampaknya bagi bisnis. Penting bagi perusahaan agar mengetahui penyebabnya. Adapun agar dapat diselesaikan dan tidak menjadi masalah di masa depan. 

 

Referensi

Adkins, Amy & Rigoni, Brandoni. (2016). Millennials Want Jobs to Be Development Opportunities. https://www.gallup.com/workplace/236438/millennials-jobs-development-opportunities.aspx (Diakses 5 Desember 2022)

Holiday, Mark. (2021). What Is Employee Turnover & Why It Matters for Your Business. https://www.netsuite.com/portal/resource/articles/human-resources/employee-turnover.shtml (Diakses 5 Desember 2022)

Shweta & Main, Kelly. (2022). Employee Turnover Rate: Definition & Calculation. https://www.forbes.com/advisor/business/employee-turnover-rate/ (Diakses 5 Desember 2022)

Robinson, Angela. (2022). 14 Causes & Reasons for Employee Turnover in 2022. https://teambuilding.com/blog/employee-turnover (Diakses 5 Desember 2022)

Gambar

Sigmund. (2021). People Sitting on Chair in Front of Computer Monitor Photo. https://unsplash.com/photos/Fa9b57hffnM (Diakses 5 Desember 2022)

Bagikan artikel ini:
FacebookTwitterEmail